SIAPA YANG SUDAH PERNAH KERJA DI START-UP?

Rilham Zulfikar Djafar
3 min readJun 4, 2021

--

Ehm, mohon maaf sebelumnya karena judulnya agak ngegas. Sebagai seorang insan manusia yang baru memiliki pengalaman 3 kali bekerja di sebuah perusahaan start-up, penulis memiliki cerita pengalaman untuk kalian yang tertarik ataupun akan menjalani hidup sebagai karyawan sebuah perusahaan yang baru saja berdiri. Sebelum kita kupas tuntas tentang cerita pengalaman penulis, kita bedah dulu tentang apa itu perusahaan start-up dan apa yang membuatnya berbeda dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Kalau menurut Investopedia.com, Start-up adalah perusahaan yang didirikan oleh satu atau lebih entrepreneur yang menciptakan produk atau jasa yang unik bagi masyarakat. Akar dari sebuah startup adalah inovasi yang diharapkan menjadi sebuah jawaban bagi kebutuhan ataupun akselerasi dari apa yang sudah ada di kehidupan kita. Nah, kalau kata Forbes sih, startup ini menciptakan kategori baru dari produk ataupun jasa yang menjadi “pengganggu” (dalam konotasi positif ya!) bagi perusahan-perusahaan besar.

Ok, sekarang masuk ke cerita pengalaman penulis ya! Secara pengalaman, penulis sudah pernah bekerja di perusahaan startup yang dimana menurut penulis seperti naik roller coaster. Ada yang tahu kenapa penulis ibaratkan seperti naik roller coaster? Karena lingkungannya yang sangat dinamis dan bebas, mulai dari cara karyawannya memanggil satu sama lain, tidak sedikit perusahaan startup yang justru menghilangkan title “Pak” atau “bu”, dan memilih “mas” “mbak” ataupun langsung dengan nama mereka. Adapun tujuannya adalah menghilangkan jarak atau batas dari karyawan kepada atasannya untuk komunikasi yang lebih baik. Dengan komunikasi yang lebih baik dan lebih santai, ide pun akan tersalurkan lebih mudah. Benar atau benar?

Gak cuma sampai situ aja, ada kebebasan lain yang bisa seorang pegawai startup nikmati, yakni kebebasan waktu (bebas tapi harus tetap tanggung jawab ya!). Jujur sangat, penulis cukup kaget dengan budaya ini, karena penulis terbiasa banget dengan konsep bekerja tepat waktu 8 jam, masuk jam 8 pagi pulang kalau atasan udah ilang dari kantor, hehehe (JANGAN DIIKUTIN).

Dan yang terakhir dan paling penting untuk penulis dalam budaya atau lingkungan startup adalah bagaimana perusahaan sangat memperhatikan karyawannya. Jangan salah menangkap maksud penulis ya, perusahaan besar juga memperhatikan karyawannya, yang membedakan adalah karena startup umumnya terdiri dari tim yang relatif kecil, akan lebih mudah memperhatikan satu sama lain, terlebih jika ada kejanggalan terasa. Kita bisa langsung ngobrol direct ke orang yang bersangkutan dengan harapan kejanggalan tersebut hilang dan kondisi kantor kembali kondusif.

Dari tadi pengalaman yang seru dan enak ya, kalo di komik Spider-Man mah katanya “great power comes with great responsibility”, yang artinya dengan kebebasan yang sudah kalian dapatkan, ada tugas yang sepadan yang harus kalian selesaikan (mimpi indahmu terlalu cepat, ferguso). Sejauh yang penulis rasakan, lingkungan startup menuntut kita untuk bekerja dalam kecepatan yang cukup tinggi dan tentunya dengan kreativitas dan presisi yang ciamik. Nah lho, mulai geter gak nih bacanya? Belum berhenti sampai disini, masih ingat kebebasan yang penulis tulis diatas? Jam kerja kamu juga bisa jadi bebas lho (mhuahahahahaha, iya ini ketawa jahat).

Untuk menutup berbagi pengalaman kali ini, penulis mau merangkum sedikit dan memberi pandangan terhadap lingkungan startup. Banyak sekali benefit yang dapat seorang karyawan dapatkan saat ia bekerja di sebuah perusahaan startup, seperti waktu yang sangat fleksibel, ­no-barrier environment, dan lain sebagainya. Tapi seorang karyawan pun diminta untuk dapat cepat tanggap dan kreatif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Menurut penulis, banyak sekali individu yang belum terbiasa dengan lingkungan seperti ini. Penulis hanya bisa bilang “PELAN PELAAAN SAJAAAA” (mari semuanya ikut nyanyi). Karena penulis pun baru bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah lulus probation, yakni 3 bulan. Bukan waktu yang lama, bukan waktu yang cepat juga. Belajar sebanyak banyaknya, karena kapan lagi kamu menemukan lingkungan dimana kamu bisa bebas belajar dan juga berekspresi, benar atau benar?

--

--